Perihal rasa, Aku tidak lagi memandang seseorang istimewa kecuali satu yang membuat perubahan dalam hidupku tak lagi dan tak lain temanku. Walau aku tak lagi tahu kabarnya, tak saling sapa kembali. Namun aku percaya Allah menjaganya. Biarlah dia datang memberiku pelajaran yang tak pernah aku lupa selama hidupku. Dan mengenalkanku pada cara pandangnya memandang dunia. Bagiku luka selalu dipandang sebagai hal negatif, tak ada asa dan tak berlogika. Melihat serta terfokus dalam satu sudut pandang yang terlalu rumit untuk dituang dengan kata. Sampai titik temu penyesuaian nampaknya waktu telah melatih untuk menjadi biasa, Sebagaimana masa laluku menumbuhkan banyak luka dalam hidup beberapa laki-laki yang aku tinggalkan, Sebagian dari mereka menikmati luka yang aku tuang dengan membenci, Tapi aku paham benar dengan keadaannya. Sebagaimana masa laluku juga, luka dari laki laki yang meninggalkanku lambat laun aku cerna menjadi elemen positif pada diri ini yang mendasarkan kedewasaan, ini merupakan bentuk seorang manusia yang bisa menggunakan pola pikir rasional untuk menyelesaikan masalah. Menjadi bagian dari hari ini merupakan sebuah pilihan yang aku ambil kemarin untuk mengaplikasikannya pada hari esok dengan suara lantang, tak ada lagi kerapuhan, keraguan, kegelisahan, dan keterpurukkan dalam hari esok yang akan datang, karena sejatinya waktu adalah sebuah pilihan. Tak lepas dari keridhaan Allah SWT yang membuat aku sadar akan hubungan dengan manusia yang tak karuan dan sia sia itu. Sederhana saja yang bertemu pasti akan berpisah, yang bernyawa pasti akan mati, dan awal pasti akan berakhir karena waktu tak pernah memperlihatkan keabadiannya, karena hidup terlalu singkat untuk memikirkan hal seperti itu. Dengan konsep pemahaman setiap masalah pasti ada solusi, dan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Janji Allah SWT itu nyata. Intinya percaya bahwa luka itu bukan sesuatu yang negatif melainkan sebuah konsep pemahaman yang membawa prinsip kepribadian lebih terarah.
Rabu, 21 Maret 2018
Jumat, 02 Maret 2018
Mencari Jati Diri
Untuk menjadi bangau putih
butuh cambukan dulu duhai hati
Untuk menjadi indah dan mekar
Butuh semprotan sampai bergetar
Tatkala risau tak kunjung senyap
Tatkala manusia melontar kata merayap
Bukannya memberi dekap dan sayap
Malah memberi sisa sisa harap
Hilang dan gelap
Sungguh waktu itu sampai terlelap
Karena bodoh sampai memuja harap
Berhenti
Zona rasional itu tlah kembali
Seperti halnya
Jati diri
Untuk menjadi bangau putih
butuh cambukan dulu duhai hati
Untuk menjadi indah dan mekar
Butuh semprotan sampai bergetar
Tatkala risau tak kunjung senyap
Tatkala manusia melontar kata merayap
Bukannya memberi dekap dan sayap
Malah memberi sisa sisa harap
Hilang dan gelap
Sungguh waktu itu sampai terlelap
Karena bodoh sampai memuja harap
Berhenti
Zona rasional itu tlah kembali
Seperti halnya
Jati diri
Cimahi 02-Maret-2018
Ndiwarfa
Langganan:
Postingan (Atom)